Jumat, 04 Januari 2013
Analisis Tindak Tutur Komik “Raga Langit”
Komik Karya Berny
Julianto dan Dwi Aspitono “Raga Langit”
(Analisis Tindak
Tutur)
Komik
“Raga Langit” akan dianalisis dengan teori tindak tutur. Menurut pendapat
Austin, merumuskan adanya tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak lokusi, tindak
ilokusi, dan tindak perlokusi. Sedangkan pembagian tindak tutur berdasarkan
maksud penutur ketika berbicara (ilokusi) Searle membagi dalam lima jenis.
Kelima tindak tutur tersebut, yakni tindak tutur repesentatif (asertif),
komisif, direktif, ekspresif, dan deklaratif.
Berikut ini
analisis komik “Raga Langit”:
Tindak tutur
ekspresif,
tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaaan dan sikap. Tindak
tutur ini berupa tindak meminta maaf, berterimakasih, menyampaikan ucapan
selamat, memuji, mengkritik, dan lain-lain.
Komik “Raga Langit”
hal: 9
Ryana
dan Niken bertemu di Studio Zoom, sebuah kompleks ruko. Niken memanggil Ryana,
dan keduanya berbincang-bincang.
Berikut
ini dialog perbincangan mereka berdua:
(1.1)
Niken : “sori ya aku telat. Mas Danang nggak bisa nganterin.”
(1.2)
Ryana : “nggak apa...yang lainnya juga masih makan di atas.”
Tuturan
Niken (1.1) di atas, adalah tindak tutur
ekspresif yang termasuk dalam meminta maaf. Ekspresif meminta maaf
terbukti dari tuturan Niken dengan kata “sori”. Sedangkan “Mas Danang nggak
bisa nganterin” merupakan kalimat penjelas dari permintaan maaf berupa alasan
mengapa dirinya bisa terlambat.
Tidak tutur
asertif, yaitu
tindak tutur yang berfungsi untuk menetapan atau menjelaskan sesuatu apa
adanya. Tindak tutur ini, seperti menyatakan, melaporkan, memberitahukan,
menjelaskan, mempertahankan, menolak, dan lain-lain.
Tuturan
Ryana (1.2) di atas, termasuk tindak
tutur asertif yang termasuk dalam
menyatakan. Terbukti dari tuturan
Ryana berupa “nggak apa...yang lainnya juga masih makan di atas.” Kata “nggak
apa..” yakni menyatakan respon dari
mitra tutur (Ryana) menerima perminta maafaan dari Niken.
(2.1) Niken : “Ma kasih dah bawain gitarku. Ida ada
tadi?”
(2.2)
Ryana :” Nggak ada tuh...aku ngomong
ke bu kost aja kalau kamu mau diambilkan gitar. Kan dia sudah tahu aku sama
kamu satu grup.”
Komik “Raga Langit”
hal: 10
Sambil
berjalan menuju tempat makan, Ryana dan Niken memperbincangkan teman mereka
yang bernama Epy, bahwa teman mereka tersebut sudah membuat album, berikut
dialog mereka berdua:
(3.1) Ryana :”Eh tahu eggak si Epy sudah jadi
albumnya. Keren lo..”
(3.2) Niken :”Masak sih..gitarnya kan masih belum cocok banget sama dia.
Terakhir aku perhatikan agak gimana gitu...”
(3.3) Ryana :”Kamu denger sendiri aja deh...”
Tuturan
(3.1) dan (3.2) di atas termasuk tindak
tutur asertif. Tuturan (3.1) tindak tutur asertif yang termasuk dalam memberitahukan,
karena memberitahukan informasi kepada mita tutur (Niken) mengenai si Epy sudah
membuat album, dan hasil albumnya
keren. Sedangkan tuturan (3.2) asertif
yang termasuk dalam memprediksi, dikarenakan
Niken dalam tuturan di atas memprediksikan bahwa gitarnya masih belum cocok
dengan Epy.
Saat
berada di tempat makan, dari jarak yang cukup jauh Niken menyapa teman-temannya
yang sedang makan, berikut ini tuturannya:
(4.1)
Niken :”Woi! Berapa gelandangan di
dalam perut itu? Makan terus! Apa nggak bosen dari lahir makan terus?!”
(4.2) A :”Isi
bensin dulu kan!”
(4..3) B :”Sudah
takdir, Ken!”
Tuturan
(4.1) di atas termasuk tindak tutur ekspresif berupa tindak penyampaian salam, terbukti dari
tuturan yang digunakan dengan kata “Woi!” yang berarti menyapa penutur A dan B.
Sedangkan tuturan “Berapa gelandangan di dalam perut itu? Makan terus! Apa
nggak bosen dari lahir makan terus?!” merupakan sapaan yang dilakukan oleh
penutur terhadap mitra tutur untuk menunjukkan suahsana akrab.
Kemudian
tuturan (4.2) dan (4.3) termasuk tindak
tutur asertif yang termasuk
dalam menegaskan. Terbukti dari
tuturan (4.2) ”Isi bensin dulu kan!” yang berarti penegasan dari mitra tutur
bahwa memang sudah waktunya untuk makan. Sedangkan, tuturan (4.3) ”Sudah
takdir, Ken!” juga termasuk tuturan menegaskan dari mitra tutur kepada penutur
bahwa yang namanya makluk hidup makan adalah sudah menjadi kebutuhan dan
merupakan takdir. Tuturan menegaskan juga
diperkuat oleh adanya tanda seru (!).
Tindak tutur
direktif, yaitu
tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pendengar melakukan sesuatu,
misalnya menyuruh, perintah, meminta, dan lain-lain.
Ryana
dan Niken saling berbincang-bicang ketika mengambil makanan, berikut dialog
mereka berdua:
(5.1) Niken :” Kamu jadi kertemu
mamamu besok?”
(5.2) Ryana :” Iya, Niken. Mamaku sudah sering nelpon nanyakan sempatku.
Aku bilang besok saja habis festival.”
(5.3) Niken :” Ketemuan di mana?”
(5.4) Ryana :” Di Green Wall, diantar papa.”
Tuturan
(5.1) termasuk tindak tutur direktif yang
termasuk meminta, karena penutur
(Niken) meminta jawaban dari mitra tutur (Ryana), yakni mengenai apakah Ryana
jadi ketemu dengan mamanya atau tidak. Sedangkan, tuturan (5.2) termasuk tindak tutur asertif yang termasuk menjelaskan, karena Ryana mencoba
menjelaskan kepada Niken bahwa dirinya akan bertemu dengan mamanya besok
setelah festival.
Tuturan
(5.3) juga termasuk tindak tutur
direktif yang termasuk meminta,
karena penutur (Niken) meminta informasi mengenai tempat di mana Ryana dan
ibunya bertemu. Kemudian, tuturan (5.4) merupakan tindak tutur asertif yang
termasuk memberitahukan, yakni Ryana
memberitahu kepada Niken bahwa dirinya akan bertemu dengan mamanya di Green
Wall, dan diantar oleh papanya.
(6.1)
Niken :” Mmm..papamu..”
(6.2) Ryana :” Papa-mama kayaknya sudah lewat masa trauma.”
Tuturan
(6.1) dan (6.2) termasuk tindak tutur
asertif. Tuturan (6.1) merupakan tindak
tutur asertif berupa menyimpulkan,
karena Niken menyimpulkan bahwa Ryana akan benar-benar pergi diantar oleh
papanya. Tuturan (6.2) termasuk tindak
tutur asertif berupa memprediksi,
karena Ryana memprediksi bahwa papa-mamanya sudah melewati masa trauma.
Sambil
berjalan menuju meja makan, Ryana dan Niken masih melanjutkan perbincangan
mereka mengenai papa-mama Ryana, berikut dialog mereka berdua:
(7.1)
Ryana :” ...Kan sudah enam tahun
lebih pisah. Papa mau kompromi kalau untuk kesempatan beasiswa ini.”
(7.2)
Niken :” Sori ya...”
(7.3)
Ryana :”Kamu suka banget sih ngomong
sori...”
Tuturan
(7.1) termasuk tindak tutur asertif yang
termasuk memberitahukan, karena
Ryana memberitahu Niken tentang papa-mamanya yang sudah berpisah selama enam
tahun, dan juga kompromi mengenai beasiswa. Kemudian tuturan (7.2) merupakan tindak tutur ekspresif berupa meminta maaf, terbukti dari tuturan
Niken dengan kata “sori ya..”. Selanjutnya, tuturan (7.3) termasuk tindak tutur asertif berupa menyimpulkan, karena Ryana menyimpukan
bahwa Niken mempunyai kebiasaan mengatakan kata “sori”.
(8.1)
Niken :” E..iya ya sori deh...”
Tuturan
(8.1) termasuk tindak tutur asertif yang
termasuk mengakui, terbukti dari
tuturan “E...iya ya” menunjukkan Niken mengakui bahwa dirinya sering berkata
dengan menggunakan kata “sori”.
Komik “Raga Langit”
hal: 11
Ryana
dan Niken berbincang-bincang di meja makan sambil menyantap makanan. Ryana
bertanya mengenai Danang kepada Niken. Berikut dialog mereka berdua:
(9.1)
Ryana :” Ngomong-ngomong, mas Danang
sibuk ya...kok nggak nganterin?”
(9.2) Niken :” Iya tuh...sibuk terus. Dia lagi magang di Indoresearch.
Sama sibuk sama mbak Alya. Sebel!”
Tuturan
(9.1) termasuk tindak tutur asertif berupa menduga,
karena di dalam tuturan tersebut Ryana menduga kalau mas Danang tidak bisa
mengantarkan Niken dikarenakan sibuk. Sedangkan tuturan (9.2) merupakan tindak tutur asertif yang termasuk minyimpulkan, karena Niken membuat kesimpulan bahwa mas Danang itu
sibuk dengan pekerjaannya dan juga sibuk dengan Alya.
(10.1)
Ryana :”Memangnya kenapa? Kan calon
kakakmu.”
(10.2) Niken :” Nggak suka aja. Orangnya sok pinter.”
Tuturan
(10.1) di atas merupakan tindak tutur
direktif yang termasuk dalam miminta, dikarenakan Ryana meminta
alasan kepada Niken mengapa dirinya kelihatan tidak suka dengan Alya. Sedangkan
tuturan (10.2) termasuk tindak tutur
komisif berupa menolak, karena Niken menggunakan kalimat “Nggak suka aja.” yang
menunjukkan penolakannya terhadap Alya sebagai calon kakak iparnya
(11.1)
Ryana :” Kalau memang pinter gimana?
Asisten dosen kan?”
(11.2)
Niken :” Udah ah! Nggak usah ngomongin
mereka.”
(11.3)
Ryana :” Wah adatnya...”
Tuturan
(11.1) termasuk tindak tutur asertif
yang termasuk dalam menduga, karena
tuturan Ryana di atas merupakan suatu dugaan, bahwa biasanya yang namnya
asisten dosen itu pintar. Tuturan (11.2) merupakan tindak tutur direktif yang termasuk dalam menyuruh, karena penutur menggunakan kata “udah ah!” yang secara
tidak langsung menyuruh mitra tutur (Niken) untuk tidak membicarakan mengenai Alya
dan Danang. Kemudian tuturan (11.3) termasuk tindak tutur ekspresif berupa menyalahkan,
karena daam tuturan tersebut Ryana secara tidak langsung menyalahkan Niken yanag
mimiliki sikap yang tidak baik, terbukti dari kalimat “wah adatnya..”
(12.1)
Ryana :” Kamu itu mestinya bersyukur
bisa mempunyai saudara biar cuma satu. Dari pada aku di rumah nggak ada
temannya. Papaku sering pulang malam. Ini punya kakak malah diajak berantem
terus...”
Tuturan
(12.1) merupakan tindak tutur direktif yang
termasuk dalam menyarankan, karena
dari tuturan Ryana di atas bermaksud memberi saran kepada Niken untuk selalu
bersyukur karena memiliki saudara.
Ryana
menasehati Niken, akan tetapi Niken menutup kedua telinganya dengan menggunakan
jari agar tidak mendengar nasehat tersebut. Kemudian Ryana mengucapkan tuturan
sebagai berikut:
(13.1)
Ryana:” Niken..Niken...”
Tuturan
(13.1) di atas merupakan tindak tutur
ekspresif berupa mengkritik,
dengan menyebut kata “Niken...Niken..” yang maksudnya mengkritik penutur
(Niken).
Komik “Raga Langit”
hal: 12
Sebuah
tempat bernama Omerald Hotel, di sana Danang memasuki hotel tersebut dan
berlari menyongsong lift untuk menuju
ke lantai 7. Akhirnya Danang sampai ke lantai 7, kemudian ia langsung menuju
Sphere Cafe, dan masuk ke tempat tersebut. Lalu Danang menghampiri Triana, Alya
dan Said. Berikut ini tuturan dari
mereka:
Komik “Raga Langit”
hal: 13
(14.1)
Triana :” Ini Danang sudah datang.
Bagaimana kabarnya Danang?”
(14.2) Danang :” Baik, Bu Triana.”
(14.3) Triana :” Prof Said, perkenalkan ini Danang.”
Danang
dan Prof Said saling berjabat tangan dan memperkenalkan dirinya masing-masing.
Tuturan
(14.1) merupakan tindak tutur asertif berupa
memberitahukan, karena Triana
memberitahu kepada Prof Said serta Alya bahwa Danang sudah datang. Sedangkan
tuturan (14.2) termasuk tindak tutur
asertif berupa melaporkan,
dikarenakan Danang melaporkan keadaan kesehatannya kepada Triana. Selanjutnya,
tuturan (14.3) yakni tindak tutur komisif
berupa menawarkan, karena Triana
menawarkan perkenalan Danang kepada Prof Said.
(15.1)
Prof Said :” Nak
Danang ini kuliah di mana? Atau sudah kerja?”
(15.2) Danang :” Kuliah di ITS Teknik Fisika. Saya magang di sana.”
Tuturan
(15.1) merupakan tindak tutur direktif berupa
meminta, karena dalam tuturan Prof
Said di atas menunjukkan permintaan jawaban dari Danang mengenai kuliah di mana
atau perkerjaan yang dijalani dia sekarang ini. Selanjutnya, tuturan (15.2)
termasuk tindak tutur asertif berupa
memberitahukan, karena Danang
memberitahu kepada Prof Said bahwa dirinya kuliah di ITS dan sekarang ini dia
magang.
(16.1)
Triana :” Tapi dia baru dapat tawaran
kerja di Indoresearch.”
(16.2) Alya :” Indoresearch? Wah hebat! Mereka sudah banyak kerja sama
dengan perusahaan-perusahaan Eropa dan Timur Tengah!”
Tuturan
(16.1) di atas termasuk tindak tutur
asertif berupa memberitahukan,
karena Triana memberitahu kepada Prof Said dan Alya bahwa Danang mendapatkan
tawaran dari Indoresearch. Tuturan (16.2) merupakan tindak tutur ekspresif yang termasuk dalam memuji, terbukti dari tuturan Alya yang memuji Danang dengan kata
“wah hebat!”.
SIMPULAN
Berdasarkan
analisis di atas, dapat disimpukan bahwa dalam komik “Raga Langit” kebanyakan
menggunakan tindak tutur asertif. Selain itu, tindak tutur yang digunakan di
dalam komik tersebut, yakni tindak tutur ekspresif, direktif dan komisif.
Daftar Pustaka
http://citraindonesiaku.blogspot.com/2012/04/tindak-tutur-menurut-austin-dan-searle.html . Diakses 06-12-2012.pukul 18.12
WIB.
Berny
Julianto dan Dwi Aspitono.______. Raga
Langit. Jakarta : Cleo Publishing House.
Kabut Hujan
Kabut Hujan
Butiran air jatuh terpencar
Menyentuh hamparan tanah
Menjadi satu membentuk arus
Terdiam duduk menatap awan
Semuanya terlihat putih
Kabut putih...
Iya...semacam kabut putih
Dan percikan air semakin terasa melekat di kulit
Dan disini daku masih menunggu
Semakin lama aku menunggu
Hujan ternyata makin deras
Sepintas teringat kawanku
Hari ini kami seperti Tom and Jerry
Entah apa yang kami ributkan
Dan entah apa yang daku risaukan
Seperti ada sesuatu
Sebenarnya apa yang daku takutkan?
Cerita ini semakin hari membentuk arus yang deras
Dan percikannya semakin keras
Berharap cerita ini seperti air yang mengalir
Tenang tapi tidak menghayutkan
Langganan:
Postingan (Atom)